PERJUANGAN DARI PUNCAK GUNUNG WILIS

           Di suatu pagi yang redup, cahaya matahari masih tertutup oleh kabut yang menyelimuti lereng gunung Wilis. Embun pagi pun masih membasahi jalanan berlobang di sepanjang jalur menuju madrasah. Dedaunan pun juga masih terlihat basah bekas hujan semalam yang turun dengan sangat derasnya.

          Dari kejauhan nampak tiga orang anak yang menyusuri jalan berbatu dengan mengendarai sepeda motor menerjang tebalnya kabut di pagi itu. Ya, ketiganya adalah siswa Madrasah Aliyah Ma'arif Mojo yang sedang berangkat menuju madrasah dengan penuh semangat.  

          Perjalanan ke madrasah adalah sebuah perjuangan, mereka harus melalui jalan yang naik turun dengan kondisi yang masih berbatu dan belum aspal. Mereka tinggal di dusun terpencil di puncak gunung wilis tepatnya Dusun Karanganyar Desa Blimbing Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.

          Perjalanan menuju Madrasah menempuh jarak kurang lebih 10 km dengan kondisi jalan yang naik-turun, rusak parah, berbatu dan bahkan belum teraspal.

          Jalan itu merupakan satu-satunya akses menuju Madrasah Aliyah Ma'arif Mojo yang harus dilewatinya setiap harinya. Jika cuaca sedang hujan lebat, mereka mau tidak mau tetap harus melewati jalan itu. Bahkan tak jarang mereka terjatuh dari motor karena licinnya jalan berbatu yang terkena air. Namun itu semua tidak menjadikan hambatan bagi mereka untuk tidak pergi ke madrasah.

          Tak jarang mereka harus mendapat hukuman membaca surat Yasin di Madrasah karena sampai di Madrasah terlambat. Namun itu semua mereka jalani dengan bersemangat serta hati yang riang, bahkan mereka bersyukur (walaupun terpaksa) dengan mendapat hukuman membaca surat Yasin, setidaknya mereka bisa tadarus dan hafal surat Yasin di luar kepala.

          Selamat berjuang wahai para siswa pencari ilmu, ingatlah sebuah maqalah yang mengatakan, "Barangsiapa yang tidak merasakan pahitnya mencari ilmu, maka dia akan merasakan pahitnya kebodohan di seumur hidupnya". (MJ-Red)