KAMIS BERBUDAYA ALA MA. MA'ARIF MOJO

MASIF - Adat dan budaya Jawa dengan berbagai macam unsur-unsurnya mengajarkan kepada kita tentang arti sebuah penghargaan, penghormatan, sopan santun dan teposliro dalam bersosialisasi dengan sesama. 

Tak jarang, pengetahuan tentang adat dan budaya Jawa yang akhir-akhir ini kian menipis, menjadikan generasi milenial dianggap kurang sopan dalam bertutur-kata dengan orang yang lebih tua, serta dianggap kurang menghormati dan menghargai antar sesama. Hal ini bisa tercermin dari perkataan serta dalam berkomunikasi sehari-hari. 

Dalam bahasa Jawa, kata ganti orang kedua (kamu), diucapkan dengan bahasa Kowe, sampeyan dan panjenengan yang tentunya dengan kegunaan yang berbeda-beda sesuai dengan kepantasan. Ketika menggunakan bahasa Jawa Ngoko, maka digunakanlah kata kowe, dan jika ingin berbicara dengan logat yang sopan lebih sopan maka menggunakan sampeyan, namun jika bercakap dengan orang yang lebih tua maka digunakanlah panjenengan.

Dalam rangka nguri-nguri budaya Jawa, Madrasah Aliyah Ma'arif Mojo membuat program Kamis berbudaya, dimana setiap siswa wajib memakai surjan dan menggunakan bahasa kromo inggil dalam bercakap-cakap dan berbicara sesama teman dan guru. "Saat ini banyak siswa yang kurang memahami penggunaan bahasa Jawa, kapan dia mengatakan mulih, mantuk lan kundur, sehingga dengan diadakannya program Kamis berbudaya ini diharapkan siswa bisa benar dalam penggunaan bahasa krama inggil" tutur Bapak Jangki Dausat selaku kepala Madrasah Aliyah Ma'arif Mojo.

Program Kamis berbudaya ini sebagai bentuk peran Madrasah dalam mendidik dan menanamkan karakter serta akhlakul karimah kepada semua siswa. "Kalau bahasa Indonesia tanpa belajar semua siswa pasti bisa, tapi kalau bahasa krama tanpa dibiasakan akan susah sekali siswa mampu menggunakannya dengan baik dan benar", pungkas Bapak Imam Nawawi selaku penanggung jawab program. 

Sebagaimana namanya, Kamis berbudaya ini dilaksanakan setiap hari Kamis. Dan pada hari itu juga selalu  diberikan kosakata Krama Inggil baru serta tatacara penggunaannya yang langsung disampaikan pada apel hari Kamis setiap setelah jamaah dzuhur. 

Dengan diadakannya program ini, Madrasah berharap agar semua siswa bisa menjadi orang Jawa yang njawani, andap ashor dan tepo seliro. [ ]